Senin, 21 Maret 2011

Salahnya Kodok



Penulis: Mohammad Fauzil Adhim
Penerbit: Mitra Pustaka

Kreatifitas itu penting, tapi….

      Menjelang penghujung abad 20, sekelompok ilmuwan di Jepang telah berhasil meniru struktur kimia feromon (zat perangsang) seks yang dilepaskan oleh kumbang lamellicorn  jenis Exomala orientalis dan Anomala octienscostata. Feromon seks berfungsi untuk menarik lawan jenis saat musim kawin. Feromon tiruan ini ternyata berhasil dengan gemilang. Kreativitas ilmuwan-ilmuwan jepang terbukti mengagumkan. 1 gram kapsul feromon betina mampu menarik lebih dari 10.000 kumbang jantan dalam waktu 7,5 jam. Dapat dibayangkan seribu kumbang!
      Yang tidak dapat dibayangkan, adalah nasib kumbang yang tidak sedikit jumlahnya. Setelah semua kumbang terkumpul, tidak satu per satu, semua kumbang itu dibantai sekaligus. Mati. Peristiwa unik tersebut menunjukkan kepada kita betapa kreatifnya ilmuwan-ilmuwan jepang.
Tapi, benarkah kreativitas yang seperti itu ?
Rasulullah bersabda :  “sesungguhnya Rasulullah saw melaknat orang yang sadis kepada binatang.” (H.R. Ad Darami)


      Anas bin Malik r.a. meriwayatkan bahwa ada seorang lelaki melaknat nyamuk di dekat Nabi SAW, kemudian beliau bersabda, “janganlah kamu melaknatnya, karena nyamuk itu suka membangunkan nabi untuk mendirikan shalat malam.” (H.R. Bukhari)
      Dalam sebuah pengajian, Emha Ainun Nadjib menceritakan pengalamannya ketika berada di Jerman. Di Negara yang banyak melahirkan orang kreatif ini, para lelaki yang telah menginjak usia tua mengalami rasa kesepian yang amat sangat. Mereka menghabiskan sisa-sisa waktu mereka setelah penat kerja seharian dengan mabuk di trem-trem bawah tanah. Rumah adalah tempat yang paling tidak menarik, karena yang dijumpai hanyalah kesepian. Rumah kosong. Sedangkan anak-anak mereka, semua sudah memiliki kesibukan sendiri-sendiri yang tidak mau diganggu oleh orangtuanya. Mereka asyik mengembangkan kreatifitasnya.
       Jika para lelaki tua menghabiskan waktunya dengan mabuk di bar-bar agar tidak ingat lagi dengan kenangan manis bersama anak-anak yang dulu dibesarkannya, para perempuan yang telah berangkat tua asyik menulis surat untuk membunuh rasa jemu. Surat ini berfungsi untuk menyambung tali silaturami. Bukan untuk sahabat-sahabat di masa muda atau sanak kerabat satu nasab, tapi dengan dirinya sendiri. Seorang nancy tua misalnya, menulis surat yang ditujukan kepada dirinya sendiri dengan mengatasnamakan Elizabeth. “surat dari Elizabeth” itu kemudian dimasukkan amplop, dilem dengan rapi, diberi perangko, dan kemudian diantarkan ke kantor pos terdekat.
      Besoknya, pagi-pagi ia duduk di teras menunggu kalau-kalau ada pak pos datang membawa “surat dari Elizabeth”. Ketika pak pos benar-benar dating, ia segera menyambut dengan gembira. Ia merasa telah sempurna menjadi manusia, karena ada “Elizabet sahabatnya” yang setia mengirimi surat. Ia membuka-buka surat itu berulang-ulang. Membacanya berkali-kali, lalu menelungkupkan ke dadanya atau wajahnya. “Bahagianya”…
      Miris bukan?..itu adalah sepenggal cerita di buku karangan Mohammad Fauzil Adhim ini (salah satu penulis favorit saya)…. Penulis ingin menceritakan bahwa dalam pendidikan anak, kreatifitas atau intelektual bukanlah segalanya. Ada hal-hal yang harus orang tua perhatikan dalam pendidikan anak. Seperti mental dan kedekatan mereka pada Tuhan…sehingga ketika anak-anak hasil didikan berbuat salah, kita tak menyalahkan kodok, tapi bercerminlah pada apa yang telah kita didik pada mereka.
      lebih lengkapnya baca aja buku ini ya. Menarik. cetakan pertama tahun 1996., tapi sepertinya masih beredar di pasaran. Saya mendapatkan buku ini 1 bulan yang lalu atas rekomendasi seorang teman..
Selamat membaca

(Ranger Biru)

0 komentar:

Posting Komentar